top of page
Search

Kebakaran Gunung Raung

4 Oktober 2019

Hari itu cuaca buruk di Gunung Raung. Badai angin datang begitu kencang membuat tenda-tenda kami ambruk. Tak seperti cuaca biasanya di gunung Raung, trip dan perjalanan kali ini menjadi perjalanan yang tak biasa. Tetapi, karena tidak mau mengecewakan ke-7 tamu yang sudah jauh-jauh datang dari Singapura, saya dan Sinyo sebagai guide mereka pada hari itu memutuskan untuk tetap Summit menuju Puncak Sejati gunung Raung. Setelah sebelumnya memesan tenda baru kepada kawan kami yang standby di basecamp untuk dibawa naik dan diharapkan untuk selesai dipasang setibanya kami dari puncak agar tamu-tamu dapat beristirahat satu malam lagi di Camp 7.

Pukul 06:00 WIB setelah sarapan kami memulai perjalanan dari Camp 7 menuju Puncak Sejati.

Pukul 08:20 WIB kami tiba di Camp 9, disana sudah ada Pak Widi-seorang guide lain- beserta 2 orang tamunya. Sebelum kami tiba, melalui HT Pak Widi berkata sudah sejak pukul 06:00 pagi menunggu badai angin yang tak kunjung reda di Camp 9.

Setelah selesai memasangkan peralatan safety (seat harness dan helm) pada para tamu saya dan berdiskusi panjang lebar dengan Sinyo, kami melanjutkan perjalanan menuju Puncak Bendera, disusul dengan Pak Widi beserta tamu untuk bergabung dengan kami.

Menerobos angin yang kencang, kami para guide menyiapkan tali pengaman (webbing) dan kami pasangkan kuat-kuat pada para tamu agar dapat dengan aman melalui jalur menuju Extreme 1, pelipiran Puncak 17, merangkak melalui jalur Sirotol Mustakim mengingat badai angin yang begitu kencang dan sewaktu-waktu bisa saja menjatuhkan kami ke jurang. Setelah itu kami Rappelling (teknik turun menggunakan tali & figure of eight) untuk melalu jalur Extreme 4 dan melanjutkan perjalanan menuju Puncak Sejati.

Pukul 11:40 WIB kami tiba di Puncak Sejati. Sesampainya disana, kami mengambil beberapa gambar dan membuka perbekalan kami untuk makan siang berupa camilan, roti dan buah-buahan.

Pukul 12:30 kami bersiap turun ke Camp 7 dan pada pukul 13:00 kami sudah turun meninggalkan puncak menuju Extreme 4.

Tiba di Extreme 4, seseorang dari sekretariat gunung Raung menginfokan melalui HT, bahwa telah terjadi kebakaran hutan dan titik api berada di antara jalur menuju Camp 7, tepat dibawah Camp 8. Lalu kami diperintahkan untuk memastikan titik api. Setelah selesai melalui serangkain track menuju puncak gunung Raung dan membantu melepaskan seluruh peralatan safety, saya bergegas menuju puncak Bendera untuk memastikan apakah benar ada titik api. Benar adanya, ada kepulan asap diantara Camp 7 menuju Camp 8.

Setelah menunggu rombongan tiba di Puncak Bendera yang datang bersama Sinyo dan Pak Widi, pada pukul 14:30 kami turun menuju Camp 9 untuk beristirahat sejenak dan berdiskusi tentang titik api bersama para guide. Tak lama, selang 10 menit porter saya, Pak Fitri tiba di Camp 9 dan memberi kabar bahwa jalur menuju Camp 7 dan area Camp 7 sudah habis dilahap api serta kepulan asap tebal sudah tidak memungkinkan untuk dilalui mengingat jalur yang tidak lebar dan curam.

Saya dan Pak Widi tak percaya dan ingin segera bergegas menyelamatkan barang-barang dan dokumen berharga milik tamu kami seperti KTP, dompet, Passport, air dan juga logistik untuk mempersiapkan kemungkinan terburuk.

Kami berdua turun, lalu tiba dibawah Camp 8 langkah kami terhenti oleh kepulan asap dan besarnya api yang sudah melahap semua pepohonan yang ada di jalur menuju Camp 7. Bagi saya, ini pertama kalinya saya melihat kobaran api sedahsyat itu dari jarak sangat dekat. Kami pun tarik mundur dan kembali ke Camp 8.

Kami berdiskusi dengan beberapa pihak sekretariat melalui HT untuk menyusun strategi dan rencana keluar dari api. Kami memutuskan untuk turun nanti malam. Dengan pertimbangan kobaran api yang mungkin tak akan bertahan lama karena bidang jalur yang merupakan punggungan, akan membuat api akan jatuh ke kanan dan ke kiri punggungan .

Pukul 17:30 saya dan Pak Widi memutuskan untuk kembali ke Camp 9 untuk memberi informasi serta strategi yang akan kami lakukan, namun belum sampai di Camp 9, kobaran api sudah membakar pepohonan yang berada di jalur sebelah kiri yang kita tau itu merupakan tebing dengan tinggi kurang lebih 50 meter.

Kami bergegas lari menuju Camp 9 dan berteriak pada tim untuk segera berlari menuju batas vegetasi karena api sudah melahap jalur menuju Camp 9. Kurang lebih 1 jam kami bertahan dari terpaan angin di batas vegetasi. Saat itu saya berfikir, jika tetap berada di batas vegetasi, kemungkinan kita akan meninggal karena hipotermia atau karena terbakar api yang melahap Camp 9, ditambah persediaan air yang tinggal 3 botol berisikan air 1 1/2 liter, satu toples sosis dan beberapa sisa camilan lainnya.

Saya mengambil keputusan untuk turun ke Camp 9. Disana saya melihat Pak Widi dan Sinyo sedang berusaha memadamkan api di Camp 9, dan memberikan instruksi dibantu oleh mas Jeremy-salah satu tamu- untuk mentranslate segala instruksi untuk memadamkan api kepada tamu kami dari Singapura.

Kurang lebih 20 menit kami memadamkan api untuk membantu menghangatkan tubuh. Kami para guide dan pak Fitri berunding sejenak untuk mengatur strategi turun.

Setelah selesai mengatur strategi, dibantu oleh mas Jeremy, kami menjelaskan strategi kepada tamu yang lain dan bersiap untuk turun menuju Camp 7.

Kami pun turun, dengan Pak Widi berjalan paling depan, beberapa tamu, pak Fitri, saya, beberapa tamu lagi, lalu Sinyo di paling belakang. Kami berjalan beriringan melalui pekatnya kabut asap, kobaran dan bara api yang berada disepanjang jalur.

Tugas kami beragam kala itu selain menjaga tamu-tamu kami dan menjadi pemandu jalur kami pun juga berkerja sama memadamkan kobaran api, pak Fitri dan sinyo akan memukulkan api dengan batang pohon yang lebat daunnya ke kobaran api hingga padam lalu saya akan melemparkan pasir dan debu yang ada dijalur untuk memadamkan api dan bara sekaligus. Begitu seterusnya.

Beruntunglah badai angin membantu kami untuk sedikit membawa asap terbang menuju ke arah yang lain. Jika angin tidak terlalu kencang dan asap menghalangi jalan, kami akan naik sedikit keatas agar bisa bernafas dengan lumayan aman, dan apabila angin berhembus kencang kami akan buru-buru turun lagi.

Di sepanjang perjalanan kami pun harus waspada dengan jalur yang kita pijak. Bisa saja yang kami injak adalah akar pohon yang sudah menjadi bara, yang apabila kita injak, kita akan terperosok kedalam bara kayu yang menyala. Dan hal itu tidak dapat dihindari, seringkali kami salah injak.

Kurang lebih 2 jam kita berjalan turun melalui kepungan asap, api, dan bara disepanjang jalur, tanpa sadar kami pun akhirnya tiba di Camp 7. Kobaran api yang melahap pepohonan disekitar membuat saya sedikit tidak menyangka bahwa sudah tiba disana. Yang membuat saya tersadar adalah pak Widi dan beberapa tamu yang mencoba menyelamatkan barang-barang. Baru setelah itu saya benar-benar sadar sudah tiba di Camp 7.

Setelah itu kami melaporkan posisi kami kepada sekretariat bahwa kami sudah berhasil tiba di Camp 7. Setelah sejenak beristirahat dan menyelamatkan barang yang memungkinkan untuk dibawa turun, saya mengecek kondisi tenda yang hanya terkena percikan-percikan api dan betapa beruntungnya, semua barang-barang kami aman.

Dengan segenap tenaga yang tersisa, kami melanjutkan perjalan ke Camp 4 pada pukul 23:00 WIB. Melewati jalur yang pepohonan dan akar-akarnya sudah menjadi bara. Titik terbakarnya hutan sudah mencapai satu Pos yang biasa kami sebut sebagai Pos Bayangan 2 kala itu.

-05 Oktober 2019

Kurang lebih 2,5 jam kami berjalan dari Camp 7 ke Camp 4. Sekitar pukul 01:30 di tanggal 5 Oktober 2019 kami tiba di Camp 4. Disambut kawan-kawan guide dan para porter lokal yang sudah menunggu dan membantu kami semua. Setelah semuanya aman, kami disuguhkan makanan dan dipersilhakan untuk beristirahat.

Pukul 06:00 pagi, kami bangun, tak lupa sarapan, dan bergegas menuju Pos 1. Tiba di Pos 2, kami disambut dengan sekelompok orang berpakaian oranye bertuliskan BASARNAS di punggung dan dada kirinya dengan sorotan kamera handphone untuk membuat video dan memfoto kami. Seperti selebritas yang baru turun dari panggung. Lalu setelah itu baru membantu kami mengobati luka bakar salah satu tamu kami dan luka bakar di wajah Pak Widi dan juga memberikan kami makanan berupa ransum atau makanan instant yang mungkin mereka lupa hangatkan kembali sebelum disajikan kepada kami .

Setelah itu kami melanjutkan tracking menuju pos 1, sebelum sampai pos 1 para ojek pun sudah siap untuk membawa kami turun, kami pun semua turun dengan ojek menuju sekeretariat, sesampainya disekretariat kami disambut oleh berbagai orang berseragam dan banyaknya sorotan camera.

Setelah diberi perawatan oleh medis dan di sorot dengan banyaknya camera saya pun meminta izin kepada bapak yang memakai baju orange agar saya bisa membawa tamu saya kembali menuju basecamp , Sempat ditahan olehnya, tapi saya mengegaskan keorang tersebut bahwa tamu saya harus bergegas berangkat menuju airport karena malam ini pesawat mereka berangkat dari bandara juanda menuju singapura dan lagi pula mobil travel mereka pun sudah menunggu dibasecamp. Disepakati untuk foto bersama satu kali lagi entah untuk apa , dan mohon maaf kita tidak ikutan foto karena wajah saya dan sinyo cemong bekas terkena asap kemarin malam soalnya.


credit title story

by @nyoe1987 @sam_bahri13






 
 
 

Comments


© 2020 by Culturetrip.id

bottom of page